Cinta dan Waktu

07.54



               Alkisah  di   suatu  pulau   kecil,  tinggallah  berbagai  macam   benda-benda abstrak  :  ada   Cinta,  Kesedihan,  Kekayaan,  Kegembiraan  dan  sebagainya. Mereka hidup  berdampingan dengan baik. Namun  suatu ketika, datang badai menghempas pulau  kecil itu dan  air laut tiba-tiba naik  dan  akan  menenggelamkan pulau  itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat   berusaha  menyelamatkan   diri.   Cinta   sangat   kebingungan karena ia  tidak  dapat  berenang dan  tak  mempunyai perahu.  Ia berdiri  di tepi  pantai  dan   mencoba  mencari  pertolongan.  Sementara  itu  air makin naik membasahi kaki  Cinta.
Tak  lama Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu.
”Kekayaan! Kekayaan! Tolong  aku!” teriak Cinta.
”Aduh! Maaf, Cinta!” kata Kekayaan.
“Perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula  tak ada  tempat lagi  bagimu  di perahuku ini”.
Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.
“Kegembiraan! Tolong  aku!”, teriak Cinta.
Namun  kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air makin  tinggi membasahi Cinta sampai ke pinggang dan  Cinta semakin panik.  Tak  lama lewatlah Kecantikan.
“Kecantikan! Bawalah  aku bersamamu!”, teriak Cinta
“Wah,  Cinta,  kamu  basah dan  kotor.  Aku tak  bisa membawamu ikut.  Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini”, sahut Kecantikan.
Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai  menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan.
”Oh, Kesedihan. Bawalah  aku bersamamu”, kata Cinta.
”Maaf   Cinta.   Aku   sedang  sedih  dan   aku   ingin   sendirian   saja...”   kata
Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.
Cinta  putus  asa. Ia merasakan  air  semakin naik  dan   akan menenggelamkannya. Pada  saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara.
”Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!”
Cinta   menoleh  ke  arah   suara   itu   dan    melihat   seorang  tua   dengan perahunya. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.

         Di pulau  terdekat,  orang  tua  itu  menurunkan  Cinta  dan  segera pergi  lagi. Pada  saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia  sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang  menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.
”Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu” kata orang itu.
”Tapi  mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman- teman yang mengenalku pun enggan menolongku” tanya Cinta heran.
”Sebab” kata orang itu
”Hanya  Waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari Cinta itu...”
Sumber : Ebook sebab mekarmu hanya sekali

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook